Indeks Artikel

Cerita Misteri di Jalan Raya Tjampuhan Bali

Senin, September 16, 2013 21:42 WIB
Gambar ilustrasi
Cerita ini bukan dari aku sendiri, melainkan cerita yang benar-benar ada di kotaku, Ubud - Bali tepatnya di Jalan Raya Tjampuhan.


Jalan Raya Tjampuhan memang terkesan sangat seram dan angker karena jalan tersebut selalu gelap karena adanya pepohonan rimbun di atas jalan ini, dan yang lebih membuat kesan mistisnya kental adalah karena adanya setra (kuburan) yang berada tepat di atas jalan raya Tjampuhan. Di daerah Tjampuhan ini memang banyak terjadi hal-hal yang janggal dan masih menjadi misteri sampai sekarang. Jalan Raya Tjampuhan memiliki penghubung jalan berupa jembatan yang sangat dikenal dengan jembatan gantungnya. Kita tidak akan membahas jembatan ini, melainkan tentang satu-satunya sekolah yang berada disana, yang menjadi awal cerita ini berasal.

 Sebut saja namanya Sinta, seorang murid SMK yang bersekolah di sekolah tersebut. Kegiatan yang dia lalui biasa saja, semua dari dia memang biasa. Namun, suatu hari ajal menjemputnya dengan cara tidak biasa. Pada saat Sinta berangkat ke sekolahnya siang itu dengan sepeda motornya, seperti hari-hari biasa, dia melewati jalan itu dengan santainya sampai tiba-tiba "BRUUUKKK", tanpa disadari sebuah mobil yang hendak dia lewati membuka pintu tanpa aba2. Sinta yang terpental dan jatuh, ditabrak oleh kendaraan yang melintas tanpa sadar. Tubuh Sinta yang sudah tidak dapat bergerak dikerubungi masa dan dilarikan ke Rumah Sakit.

Di Bali ada sebuah kepercayaan, ada kalanya dimana kematian seseorang yang tubuhnya belum diaben atau minimal di upacarai akan menarik perhatian orang-orang yang berkekuatan mistis, atau orang yang meninggal secara tidak wajar dan belum di upacarai maka arwahnya akan tetap berada di tempat terakhir dia menghembuskan nafas terakhirnya.

Selang beberapa hari setelah kejadian tersebut, masyarakat Ubud mengikuti upacara Ngiring (Ngiring adalah upacara dimana kita menghantarkan Para Dewa-Dewi dari satu Pura ke Pura lain). Pas Ngiring pada waktu itu menuju ke Pura yang berada pas di bawah jembatan atau tepatnya di samping sekolah itu, timbul desas desus setelah upacara itu yang mengatakan bahwa Sinta ikut pula menghadiri upacara tersebut dan dia tengah terduduk sendirian memakai pakaian adat berwarna putih di tempat kejadian na`as itu terjadi. Orang yang melihatnyapun hanya terdiam karena belum mengetahui cerita tersebut. Dalam perjalanan itu akhirnya dia melihat Ibunya Sinta dan menanyakan kepadanya :

Ibu A : Ibu Sintha, kenapa sendirian? kan kasihan Sintha duduk sendirian disana. Kenapa ditinggal?
Ibu S : Maaf, bu. Mungkin Ibu salah lihat? (dengan nada sedih)
Ibu A : Bener bu, saya lihat sendiri. Kasihan dia mungkin sakit, mukanya pucat.

Dengan raut wajah yang sudah tidak tahan menahan kesedihan dan air mata, akhirnya Ibu Sintha menjelaskan bahwa Sinta sudah tidak ada lagi. Ibu A pun shock dan menarik tangan Ibu Sintha ke tempat terakhir dia melihat Sintha. Dan benar, Sintha sudah tidak ada lagi di tempat itu.

Setelah kejadian tersebut masyarakatpun menjadi gempar dan selalu memberi salam setiap melewati tempat itu sampai desas-desus itu berhenti.