Indeks Artikel

Sejarah Suku Buru

Jumat, Desember 18, 2015 21:47 WIB
Suku Dunia ~ Buru adalah kelompok etnik yang berdiam di Pulau Buru. Provinsi Maluku Tengah. Selain orang Buru, di pulau ini juga menetap suku bangsa Galela dan Sula, yang kebanyakan berdiam di daerah pantai. Seperti halnya penduduk Kepulauan Maluku lainnya, suku bangsa ini biasa disebut orang Alfuru. Jumlah penduduk di pulau ini tercatat sekitar 7.000 jiwa.
sumber gambar : id.wikipedia.org

Mata Pencaharian Suku Buru

Mata pencaharian pokok orang Buru adalah mengumpulkan dan meramu sagu hutan, yang menjadi makanan pokok mereka. Mereka juga mulai membuka lahan perladangan yang ditanami ubi-ubian, tebu, jagung, dan padi. Pekerjaan lainnya adalah berburu rusa dan babi hutan, dengan senjata tombak dan anjing perburuan.

Kekerabatan Suku Buru

Garis keturunan ditarik menurut garis laki-laki (patrilineal). Kesatuan kekerabatan yang terpenting adalah fena, yakni gabungan kelompok kekerabatan patrilineal yang disebut etnate atau soa. Dalam sistem perkawinan, orang Buru menggunakan adat eksogami fena, artinya seseorang harus kawin dengan orang dari fena yang berlainan. 

Seorang calon suami harus memberikan sejumlah mas kawin kepada pihak wanita. Adat menetap sesudah nikahnya menentukan bahwa pasangan pengantin baru menetap di kediaman kerabat suami (patrilokal).

Setiap fena dikepalai oleh seorang matlea (gebha), dengan wakilnya yang disebut perwies. Pemimpin fena ini ditentukan berdasarkan pemilihan di kalangan anggota fena menurut garis laki-laki. Beberapa fena membentuk sebuah federasi yang lebih besar, disebut feulolin (fugmolin). Kepala feulolin, yaitu kepala jabu, dan wakilnya, hermolon, merupakan wakil terpilih fena-fena yang ada.

Agama dan Kepercayaan Suku Buru

Penduduk Pulau Buru, terutama yang berdiam di sekitar pantai, umumnya memeluk agama Islam. Hal ini berkaitan dengan pengaruh Kesultanan Ternate yang menjadi pusat penyebaran Islam di daerah Maluku. Penduduk yang tidak menganut agama Islam meyakini adanya roh tertinggi, opo geba snulat atau opo lahatala, yang menciptakan alam semesta. 

Selain itu, mereka juga percaya akan adanya roh abadi yang disebut esmangin, roh alam yang disebut sanane, roh orang mati yang disebut nituro, dan sebagainya. Kepercayaan terhadap kekuatan-kekuatan gaib ini diwujudkan dengan pemberian sesaji dan upacara pada waktu-waktu tertentu.

Sumber : Ensiklopedi Suku Bangsa Di Indonesia oleh M. Junus Melalatoa