Indeks Artikel

Melacak Kembali Asal Usul Manusia Afrika Dari Genom Manusia Kuno di Ethiopia

Kamis, Januari 28, 2016 14:09 WIB

Steatment yang beredar hingga sekarang ini bahwa kelompok pertama manusia modern Afrika telah mulai melakukan diaspora pada sekitar 70.000 tahun yang lalu. Tetapi perjalanan mereka berhenti di daerah Timur Tengah dalam perjalanan menuju Eropa dan Asia. Sekitar 3.000 tahun yang lalu, sekelompok petani dari suatu daerah di Timur Tengah (sekarang masuk Turki) kembali ke daerah Tanduk, Afrika dengan membawa tanaman seperti gandum, barley, dan barang-barang kerajinan mereka.
Sejak manusia muncul di Afrika, DNA dari orang Afrika kuno bisa memberikan dasar genetik berharga yang akan membuat lebih mudah bagi para ilmuwan untuk melacak perubahan genom dari waktu ke waktu. Sayangnya DNA tersebut telah sulit didapat. DNA tidak tercipta untuk dapat bertahan selama ribuan tahun. Sampel DNA kuno yang telah diurutkan sampai saat ini diekstrak/didapat dari tubuh manusia kuno di Eropa dan Asia, didapatkan dari “mayat” yang secara alami dibekukan oleh iklim yang dingin.
Artikel ini akan menceritakan bahwa mengapa orang Ethiopia  begitu istimewa karena menjadi kunci untuk mengungkapkan asal usul bangsa Afrika. Sebuah mayat manusia kuno dalam kondisis tertelungkup ditemukan di Gua Mota, yang terletak di bagian selatan Ethiopia. Iklim yang dingin dan kondisi kering di dalam gua, telah mengawetkan DNA-nya. Para ilmuwan pun dapat mengambil sampel dari tulang petrosa yang ada di dasar tengkoraknya. Gua tersebut dipekirakan merupakan sebuah kuburan. Mota hidup dalam budaya pemburu dan pengumpul.
Gua Tempat Mota ditemukan

Berdasarkan uji radiokarbon menunjukkan bahwa fosil mayat tersebut berusia 4.500 tahun. Ini menunjukkna bahwa Molta (para ilmuwan menamainya) hidup sebelum migrasi keturunan manusia Afrika di Eropa kembali lagi ke Afrika. Berdasarkan hasil uji, Molta tidak memiliki varian genetik untuk mata berwarna terang dan kulit cerah. Genetik Mota tidak sama dengan populasi Afrika yang telah melakukan migrasi meninggalkan Afrika, serta genetiknya juga tidak sama dengan petani Eurasia yang kembali lagi ke Afrika.
Mota memiliki tiga varian genetik yang mana telah membantu manusia modern Ethiopia untuk dapat tinggal yang tinggi – sekarang ini posisi kota Mota terletak di ketinggian 8.100 kaki dari atas permukaan laut-. Ketika para ilmuwan membanding genom Mota dengan manusia kotemporer, maka hasil yang didapatkan yaitu hubungan terdekat Molta adalah dengan masyarakat Ethiopia selatan.
Para ilmuwan terus-menerus berusaha menemukan petunjuk baru yang dapat membantu mereka memecahkan teka-teki yang tidak pernah berakhir mengenai evolusi manusia. Penemuan Mota diharapkan dapat membantu untuk membuka tabir rahasia bahwa populasi Afrika sekarang ini memiliki lebih banyak keturunan Eurasia daripada yang diperkirakan sebelumnya.
Sosok Manusia Afrika Sekarang ini

Ketika membandingkan genom manusia Ethiopia kuno tersebut dengan manusia modern Afrika, peneliti menemukan bahwa populasi Afrika Timur sekarang memiliki seperempat keturunan Eurasia. Sementara mereka yang berada jauh di barat dan selatan Afrika setidaknya memiliki lima persen dari genom migran Eurasia. Hal ini menunjukkan bahwa migrasi yang dilakukan Eurasi untuk kembali ke Afrika jauh lebih besar. Secara kasat mata, gelombang Eurasia kembali ke Tanduk Afrika bisa saja sebanyak 30 persen dari populasi yang sudah tinggal di daerah itu. Menjadi pertanyaan sekarang ini, mengapa dapat terjadi migrasi besar penduduk Eurasia ke Afrika?. Tidak ada perubahan iklim yang jelas, tampaknya telah memaksa mereka untuk bermigrasi kembali ke Afrika. Fakta menunjukkan bahwa kedatangan mereka bertepatan dengan masuknya tanaman Timur  ke Afrika. Hal ini menunjukkan bahwa migran adalah keturunan langsung dari/setidaknya sangat erat kaitannya dengan petani Neolitik yang membawa gandum dan pertanian barley ke Barat Eurasia sekitar 7.000 tahun yang lalu dan kemudian bermigrasi ke Tanduk Afrika.
“Afrika dipandang sebagai melting pot raksasa, memahami migrasi kuno merupakan langkah besar dalam memahami keturunan Afrika secara keseluruhan”.
Sumber: