Indeks Artikel

Sejarah Suku Sintang

Sabtu, Maret 18, 2017 14:05 WIB
Suku Dunia ~ Sintang adalah salah satu sub kelompok orang Melayu yang termasuk penduduk asal di Provinsi Kalimantan Barat. Mereka terutama mendiami wilayah Kabupaten Sintang. Kabupaten ini letaknya lebih ke arah pedalaman, dengan ibukotanya juga bernama Sintang. Nama "Sintang" ini berasal dari senatang, berasal dari kosa kata bahasa Dayak setempat, artinya tempat yang diapit oleh dua buah sungai. Disana terdapat aliran sungai yang "tentang-menentang".


Kabupaten Sintang berbatasan dengan negara Malaysia Timur (Serawak) di bagian utara, Kabupaten Kapuas Hulu dan Provinsi Kalimantan Timur di sebelah timur. Daerah Provinsi Kalimantan Tengah dibagian Selatan, dan disebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Sanggau dan Kabupaten Ketapang.

Sebagian besar wilayah Kabupaten ini merupakan dataran tinggi dengan puncak tertingginya gunung Batu Raya (2.278 meter) dan masih ada gunung-gunung lain yang lebih rendah. Dataran rendah terdapat di wilayah bagian selatan dan barat. Daerah ini juga dilalui sungai Kapuas dan kota Sintang terletak dialiran sungai Kapuas dan kota Sintang terletak di aliran sungai ini. Sungai Kapuas adalah sungai besar yang sejak lama sudah ramai dilalui lalu lintas air.

Daerah yang luasnya 32.279 kilometer persegi itu terbagi menjadi 18 kecamatan. Kecamatan-kecamatan tersebut adalah kecamatan Sintang, Tempunak, Sipauk, Ketungau Hilir, Ketungau Tengah, Ketungau Hulu, Dedali, Kayan Hilir, Kayan Hulu, Belimbing, Nangapinoh, Ela Hilir, Menukung, Serawai, Ambalau, Sayan, Tanahpinoh, dan Sokan.

Di daerah Sintang ini pernah berdiri sebuah Kerajaan bernama Kerajaan Sintang. Yang menjadi raja kerajaan ini ada kaitannya dengan nama Aji Melayu yang konon berasal dari semenanjung melayu. Aji Melayu kawin dengan seorang wanita turunan dayak. Beberapa generasi kemudian lahirlah seorang bernama Pangeran Tunggal yang kemudian menjadi raja ke 18 dan pada masa inilah Islam berkembang. Sultan berikutnya diberi nama dengan nama-nama Islam, seperti Sultan Aman Mohamad Jamaludin. Raja yang ke-22 Ade Mohamad Nuh tercatat pemerintahannya tahun 1783-1823, pada masa itu kekuasaan Belanda memasuki kerajaan Sintang ini.

Orang Sintang umumnya berdiam di daerah aliran sungai besar seperti sungai Kapuas tadi. Dalam kabupaten ini mereka hidup berdampingan dengan berbagai sub kelompok orang Dayak, yang memang tersebar semua kecamatan yang ada. Dari seluruh kecamatan tadi tercatat tidak kurang dari 76 sub kelompok orang Dayak.
Masyarakat daerah ini, termasuk orang Melayu Sintang, menyandarkan hidupnya dari sektor pertanian, kehutanan, dan menangkap ikan. Padi ditanam di sawah dan sebagian lainnya di ladang. Tanaman lain di daerah ini adalah ubi kayu, jagung, ubi jalar, kacang tanah, kacang hijau, kacang kedelai, sayur mayur dan buah-buahan. Tanaman perkebunan rakyat adalah karet, kelapa, cengkeh, kopi, coklat, pinang. Sarana perhubungan sungai adalah yang utama dalam mengangkut hasil bumi dan kebutuhan lain.

Dalam hal kekerabatan, orang Melayu Sintang menarik garis keturunan menurut prinsip bilateral. Artinya, mereka menarik garis keturunan kepada pihak laki-laki dan pihak perempuan. Adat menetap sesudah nikah adalah adat matrilokal, dan masa terakhir cenderung neolokal. Mereka umumnya memeluk agama Islam sesuai dengan perkembangan agama Islam seperti disinggung di atas.

Sumber : Ensiklopedi Suku Bangsa Di Indonesia oleh M. Junus Melalatoa