Indeks Artikel

Hantu-hantu di Daerah Bugis yang Terlupakan

Kamis, Oktober 09, 2014 08:06 WIB
Gambar Ilustrasi: Parakang


Masa kecil sungguh masa yang  indah untuk dikenang. Bukan saja kenangan yang manis-manis, bahkan kenangan tentang cerita - cerita yang menakutkan waktu kecilpun pun menjadi lucu dan indah untuk dikenang. Terlebih lagi kisah-kisah yang dulu ” menakutkan” semakin sulit untuk saya dapatkan, bukan karena orang -orang sekarang lebih rasional dan tidak percaya lagi tentang hantu, tetapi imajinasi tentang hantu di daerah saya bugis semakin terdegradasi oleh hantu yang lebih menasional.

Hantu masa kecil saya hanya dikisahkan secara turun temurun dari mulut ke mulut, menakut - nakuti anak kecil agar tidak nakal, agar berkumpul dirumah sebelum magrib tiba, dan tidak keluyuran lagi kalau malam. Hantu - hantu masa kecil saya tidak pernah terpublikasi seperti hantu- hantu yang lebih menasional, lewat film, uji nyali dan sebagainya. hantu- hantu masa kecil saya terancam punah, terdegradasi, tidak mampu bersaing dengan hantu- hantu populer sebagai selebritis di TV seperti pocong, tuyul,genderuwo dan kuntilanak.

Saya mencoba mengingat satu persatu hantu - hantu tersebut, membayangkan kembali imaginasi masa kecil saya yang terbentuk dari cerita orang - orang waktu saya kecil, meskipun sungguh saya belum pernah menjumpainya. Adapun hantu - hantu itu diantaranya :

Bombo petong digambarkan bermuka jelek,hitam dan selalu menghuni tempat- tempat gelap. anak kecil biasanya di takut- takuti dengan bombo petong jika mau ke tempat yang gelap ” onroko, engkatu bombo petong” artinya awas, ada Bombo petong.

Dongga/longga diimaginasikan sebagai hantu dengan tubuh berbentuk bayangan hitam yang sangat tinggi, bisa setinggi pohon kelapa. Hobbynya menyembunyikan anak kecil setelah malam tiba. Anak yang disembunyi bisa jadi ada di sekitar rumah tapi tidak bisa dilihat oleh orang yang mencarinya. Katanya anak- anak yang di culiknya di beri makan kaki seribu, cacing dan binatang menjijikkan lainnya dan anak- anak melihatnya sebagai gula-gula.

Asu panting adalah serigala versi bugis, dia memiliki kemampuan lari yang sangat cepat, dua kaki depannya lebih pendek dari kaki belakangnya. jika orang bugis jaman dulu melihat kangguru pasti langsung mengklaim asu panting. tidak ada orang yang pernah bertemu langsung dengan asu panting ini, orang hanya bisa mendengar lolongannya yang khas waktu malam. yang berbahaya dari asu panting adalah bulunya yang berguguran, bulunya sangat halus sehingga tdk bisa terlihat oleh mata kepala, jika kita menginjak bulunya maka kaki kita akan bengkak dan sulit untuk disembuhkan. orang di kampung yang melihat kaki orang diabetes pasti mengklaim sudah injak bulu asu panting.

Parakang adalah manusia yang memiliki ilmu siluman baik didapat karena salah belajar ilmu kebatinan atau yang diperoleh dari keturunan. Parakang sangat berbahaya untuk anak kecil atau ibu- ibu yang sedang melahirkan karena merupakan makanan kegemarannya. tanda- tanda orang yang diisap parakang adalah sakit perut, keluar darah saat buang air, jika tak tertolong bisa meninggal. Parakang bisa mengubah dirinya menyerupai binatang atau benda. kadang berwujud seperti kucing yang tidak punya ekor, angsa putih, tempat ayam mengeram (ampoti), jika berlari dia akan menjadi bayangan putih yang memanjang. Dalam kondisi berubah wujud seperti itu, jasad manusianya (parakang) tetap dirumah dalam keadaan tertidur, jiwanya yang berjalan kesana kemari, jika kita memukul jiwanya yang berwujud hewan, maka jasadnya yang dirumah akan kesakitan. Cerita tentang parakang sepertinya sulit untuk dilupakan, karena masyarakat bugis masih sangat mempercayainya.

Poppo sejenis dengan parakang namun perbedaannya adalah poppo bisa terbang dengan menyimpan isi dalam tubuhnya dirumah. yang diincar oleh poppo adalah orang sakit yang sudah parah. meskipun sejenis dengan parakang, orang percaya bahwa keduanya tidak akur, sehingga daerah yang banyak dihuni poppo tidak dihuni parakang.

itulah sekelumit mitos yang mungkin akan terdegradasi seiring berjalannya waktu. Apa lagi anak - anak kecil didaerah bugis sudah bisa melihat hantu di televisi berbeda dengan cerita masyarakat yang semakin jarang juga d ituturkan. meski demikian, saya senang bisa mengenangnya sebagai bagian dari masa kecil saya.

Syahid Arsjad (Kompasiana)