Indeks Artikel

Mitos Tato Di Kalangan Penduduk Asli Selandia Baru

Rabu, April 27, 2016 06:51 WIB


Maori adalah suku asli yang mendiami wilayah kepulauan Selandia Baru. Mereka telah tinggal jauh sebelum bangsa Barat menemukan wilayah ini. Hal yang paling menonjol dari komunitas ini terletak pada tato yang mereka miliki. Tato memang telah melekat dan tidak bisa dilepaskan dalam kehidupan mereka. Menurut mitos yang beredar di kalangan mereka, tradisi tato dimulai dari hubungan cinta antara seorang pemuda yang bernama Mataora yang berarti “Face of Vitality” dan seorang gadis muda dari underworld yang bernama Niwareka. Suatu hari pasangan kekasih ini bertengkar. Niwareka meninggalkan Mataroa dan pulang ke alamnya untuk kembali ke ayahnya yang bernama Tonga. Mataora yang merasa bersalah dan patah hati pergi menyusul Niwareka. Tidak mudah untuk datang ke alam Niwareka yang bernama Uetonga.

Setelah mencoba berkali – kali dan berhasil mengatasi rintangan, akhirnya Mataora sampai ke alam kekasihnya ini. Mataora datang dengan kondisi yang kacau, wajahnya penuh dengan cat dan kotor karena pelayarannya yang panjang. Keluarga Niwareka mengejek dan mencemook Mataora. Dengan keadaan yang penuh kerendahan hati, Mataora meminta maaf ke Niwereka dan maafnya diterima.
Ayah Niwareka kemudian menawarkan untuk mengajarkan Mataora seni tato moko, dan pada saat yang bersamaan Mataora juga belajar seni Taniko, yaitu cara mmebuat jubah dengan anyaman dari berbagai warna. Mataora dan Niwareka akhirnya bersama-sama kembali ke dunia manusia dengan membawa seni tato moko dan taniko. Sementara itu berdasarkan bukti arkeologi, tato datang ke Selandia Baru dari budaya Polinesia Timur. Pahat tulang yang digunakan untuk tato ditemukan di berbagi situs arkeologi dari asal waktu yang berbeda – beda di Selandia Baru. Meskipun suku Maori mempraktekan tato, tida ada bukti bahwa suku Moriori yang merupakan tetangganya juga ikut bertato.

Semua orang Maori yang bertato dianggap berstatus sosial tinggi dan mereka yang tidak bertato dianggap tidak memiliki status sosial. Mentato dimulai ketika sudah memasuki masa pubertas, disertai dengan berbagai upacara dan ritual. Hanya pria yang bertato dan perempuan menyukai pria yang bertato. Pola tato Maori tidak hanya untuk mewakili ritus peralihan kedewasaan tetapi juga digunakan sebagai pengingat peristiwa – peristiwa penting dalam kehidupan seseorang.
Pengrajin tato disebut dengan tohunga-taoko yang sangat dihormati. Orang Maori mentato tidak hanya di tubuhnya tetapi hingga kepala yang dianggap sebagai bagian paling suci dari tubuh. Ada larangan tertentu selama proses tato, terutama tato di bagian kepala dan bagian “intim”. Orang yang sedang ditato dilarang untuk makan makanan padat. Maka mengatasinya dengan makan makanan cair dan air yang dimasukkan ke mulut melalui corong. Tentu alat yang digunakan untuk mentato adalah pisau atau paku yang khusus pahatan di tubuh. Oleh sebab itu kulit akan bengkak setelah ditato dan dilarang makan sebelum luka sembuh. Hal ini dilakukan agar tidak ada zat berbahaya dari makanan yang masuk ke tubuh. Proses mentato memakan waktu dan memerlukan kehati-hatian.