Indeks Artikel

Misteri Ledakan Tunguska

Minggu, Januari 24, 2010 09:17 WIB

Ledakan Tunguska, yang mungkin disebabkan oleh sebuah komet, adalah bencana dari ruang angkasa terbesar yang pernah
disaksikan manusia. Bahkan satu abad kemudian, ledakan Siberia ini masih menarik para ilmuwan yang berharap untuk mengungkap misterinya.

Sebuah ledakan kuat di Siberia Timur mengguncang bumi pada awal pagi 30 Juni 1908, atau Juni 17 di kalender Julian.Energi ledakan setara dengan sekitar 10-15 megaton TNT, atau sekitar 1.000 kali kekuatan bom atom Little Boy yang dijatuhkan di Hiroshima Jepang oleh Amerika Serikat pada akhir Perang Dunia II.

Ledakan itu terdaftar pada stasiun seismik di seluruh Eurasia (Eropa dan asia). Dan mengakibatkan fluktuasi tekanan atmosfer cukup kuat untuk dideteksi di Britania Raya. Selama beberapa hari berikutnya, langit pada malam hari di beberapa wilayah bersinar terang. Di beberapa tempat, misalnya di London, orang dapat membaca dalam jelas pada malam hari.



Meteor?

Para ilmuwan berteori bahwa ini disebabkan oleh partikel es sinar dengan kecepatan tinggi , mengalami gesekan ketika memasuki atmosfer dan kemudian meledak.

Kembali di daerah Sungai Tunguska, yang mengejutkan 2.200 kilometer persegi dari hutan Taiga dengan 80 juta pohon hancur. Pohon-pohon di sekitar pusat ledakan rebah dalam pola radial. Tetapi justru di dalam area ledakan tetap berdiri. Cabang-cabang mereka dilucuti sehingga mereka tampak seperti tiang-tiang listrik.

Fenomena ini ditemukan oleh ilmuwan Soviet Leonid Kulik, yang pada tahun 1927 memimpin ekspedisi ke daerah. Ia mengukur 2.000 kilometer persegi kehancuran dan merekam gambar pohon-pohon tumbang. Kulik menyimpulkan bahwa ledakan itu disebabkan oleh tabrakan meteorit ke bumi.

Lebih dari satu abad setelah ledakan, misteri dari kejadian ini masih menarik ekspedisi ilmiah dari seluruh dunia. Tapi Kukik, seperti ratusan kemudian penyidik lainnya, gagal menemukan bukti jejak-jejak meteor yg bertabrakan dengan permukaan bumi; tidak ada partikel, maupun kawah.

Bulan ini, kelompok peneliti internasional dari University of Bologna, Italia, dan Cornell University di Amerika Serikat menuju Taiga Siberia dalam upaya untuk menemukan informasi lebih rinci.Kelompok Italia berhipotesis bahwa Danau Cheko yang panjang adalah mungkin sebuah kawah yg terbentuk dari tabrakan tersebut. Mereka tidak membantah teori kalau meteor tersebut meledak di udara sebelum sampai permukaan bumi, tetapi mereka percaya bahwa fragmen (bagian) meteor yg berukuran beberapa meter selamat dari ledakan dan berdampak tanah (menghasilkan kawah).

Namun, penelitian menyeluruh mencari bukti-bukti, termasuk eksplorasi bawah air dengan sonar, kamera video dan alat-alat dan teknik lainnya, memberikan sedikit hasil. Ilmuwan lain menolak hipotesis ini, juga merujuk tidak adanya pembengkakan/gundukan (semacam bukit) di sekitar danau, yang akan terbentuk jika terjadi tabrakan.

Masyarakat setempat, Evenki, mengatakan bahwa Danau Cheko "selalu berada di sana." Dalam bahasa mereka disebut "air yang gelap."


Letusan Gas vulkanik?

Rekan-rekan mereka dari Cornell University dan University of Florence, Italia, percaya bahwa ledakan itu disebabkan oleh letusan gas vulkanik.
Kedua ilmuwan telah mempelajari 10-12 ton batu yang mereka percaya diproyeksikan oleh gas vulkanik. Mereka juga mengumpulkan total 30 kilogram mineralogi sampel, di antara mereka berharap untuk menemukan terkompresi kuarsa. Yang terakhir akan menampilkan bukti dari aktivitas gunung berapi, sama seperti basal, yang terdapat banyak di daerah tersebut.

Ekor Komet Yg Mematikan?

Ada lebih dari 100 teori-teori di balik peristiwa Tunguska, termasuk beberapa yang luar biasa yaitu sebuah UFO jatuh. Namun, yang paling dapat diandalkan dan diterima secara luas mungkin merupakan versi komet atau bagian ekornya bertabrakan dengan bumi.

"Saya setuju bahwa sesuatu dari luar angkasa, tapi itu lebih cenderung menjadi suatu fragmen dari sebuah komet, seperti sebuah tubuh dari es dan gas yang meledak ketika itu menghantam atmosfer bumi," Vitaly Romeiko, kepala Zvenigorod astronomi observatorium.

Menurut Romeiko, yang telah memimpin ekspedisi ke 23 dan juga diwawancarai oleh RIA Novosti setelah selesainya ekspedisi Italia-Amerika, ledakan itu disebabkan oleh bagian dari ekor komet Encke. Komet ini selesai melakukan orbit matahari dan mendekati Bumi sekali setiap tiga tahun dan empat bulan."Balok es dengan debu kosmik impregnations meledak segera setelah memasuki atmosfir bumi", kata Romeiko .

Pernyataan tersebut didukung oleh rekannnya, Olga Gladysheva, seorang peneliti senior di St Petersburg berbasis Ioffe Institut Teknik Fisika.
Dalam wawancara dengan RIA Novosti, ia berkata bahwa bagian terpisah dari ekor komet untuk membentuk sebuah balok es, yang kemudian meledak pada ketinggian 7-10 kilometer di atas permukaan bumi dalam serangkaian ledakan ketika substansi batin mulai untuk memperluas dan memecahkan blok dari dalam.

Ilmuwan Rusia: UFO Bertabrakan dengan Meteor Tunguska Untuk Selamatkan Bumi

Alien menjatuhkan meteorit di Tunguska untuk melindungi planet kita dari kehancuran, demikian pernyataan ilmuwan Rusia Yuriv Lavbin mengenai misteri yang menyelimuti selama 100 tahun seputar ledakan besar Siberia. Ia memperlihatkan kristal 10 kwarsa yang ia temukan di tempat dimana meteor itu jatuh. Beberapa kristal memiliki lubang ditengahnya, membuatnya dapat disatukan dengan rantai.

"Untuk apa rantai ini? Disamping itu,sejumlah kristal memiliki gambar-gambar yang aneh. Kita tidak memiliki teknologi tertentu yang dapat mencetak gambar-gambar di atas kristal. Kami juga menemukan silikat besi yang tidak dapat diproduksi dimanapun, kecuali di angkasa", kata ilmuwan tersebut.

Tumbukan meteorit terjadi di masa lalu, pada musim panas tahun 1908. Sebuah bola vulkanik yang sangat besar melesat di langit diikuti dengan hantaman keras bergemuruh. Seluruh warga cemas dan merasa takut keluar rumah. Penerbangan "pesawat asing yang berekor api" itu berakhir sejam kemudian di area hutan yang sunyi. Sesaat kemudian sebuah gelombang ledakan membentang sejauh 40 kilometer, memporakporandakan semua kehidupan.

Bertahun-tahun kemudian para ilmuwan Siberia mengadakan ekspedisi ke tempat jatuhnya meteorit tersebut. Mereka meneliti dengan seksama tepian sungai dan menemukan ada papan kwarsa yang tidak biasa. Lavbin menyatakan bahwa batuan padat semacam itu tidak terdapat di planet Bumi kita. Ia mengatakan tentang suatu eksperimen yang telah dilakukan terhadap kristal-kristal tersebut: para ilmuwan awalnya pernah mencoba
untuk menggambar gambaran yang serupa dengan yang ada di batu itu dengan mesin laser yang canggih.

Betapa mengejutkan ketika mereka menyadari kalau laser tersebut (yang biasanya digunakan untuk memotong logam menjadi potongan kecil) hanya mampu membuat garis-garis redup, hampir tidak terlihat. Batu-batu tersebut, memiliki tata garis dan lingkaran yang berbeda. Ilmuwan menduga bahwa batu-batu tersebut dulunya adalah bagian dari sistem navigasi sutau pesawat antariksa. Seluruh batu yang disatukan akan membentuk sebuah peta, dimana dulu digunakan untuk menjelajah alam semesta.

Pada tahun 1908, UFO diduga telah menabrak meteorit yang beratnya lebih dari 1 milyar ton. Jika meteorit jatuh ke Bumi, seluruh manusia akan mati. Para ilmuwan percaya bahwa alien melakukan intervensi dan mempertaruhkan nyawa mereka untuk memastikan tidak ada dampak langsung dengan Bumi.

Suatu gambaran aneh adanya sosok manusia yang aneh di salah satu batuan membuktikan hipotesis ini - demikian kesimpulan Lavbin.

Dengan kurun waktu 90 tahun, penelitian dibalik apa yang terjadi di Tunguska dan lebih dari 100 hipotesis menjadikannya salah satu misteri abad 20 yg tidak terpecahkan. Namun itu tidak mencegah orang lain dari ekspedisi baru Ke Tunguska, ke salah satu tempat paling terpencil di Bumi.