Indeks Artikel

Misteri Hantu di Colleseum

Jumat, Juni 14, 2013 20:41 WIB
KORBANKAN RIBUAN NYAWA MANUSIA
Bila suka menonton film yang memacu adrenalin, coba tonton film Gladiator yang sukses dimainkan oleh aktor senior Russel Crowe. Kisahnya diangkat dari kehidupan para gladiator yang bertarung sampai mati di Colosseum. Bukan hanya melawan sesama manusia, mereka pun harus siap menghadapi binatang buas.  Benarkah, mayat-mayat gladiator dan binatang buas yang tewas dilempar begitu saja di ruang bawah tanah?
Spektakuler. Julukan paling tepat buat bangunan pertunjukkan berbentuk elips yang didirikan pada masa Kekaisaran Romawi di Roma, Italia ini. Bangunan yang dibuat Raja Vespasian tahun 70 – 82 Masehi dan dituntaskan oleh putranya Titus itu, mengambil nama dari Colossus, patung dari tembaga setinggi 40 meter yang dibuat sebagai pengganti Nero, perumpamaan dewa matahari. Sayangnya, patung itu menghilang ketika gedung ini belum tuntas pengerjaannya.
Nama Colosseum sendiri, sempat menimbulkan pro dan kontra. Karena  gedung yang diset mampu menampung 50.000 penonton ini, memiliki beberapa julukan, seperti: Flavian Amphitheatre, il colosseo dari bahasa Italia atau el coliseo.  Jika kita jalan-jalan ke Roma, kita bisa melihat kemegahan bangunan yang letaknya berdekatan dengan Domus Aurea, sebuah istana hasil karya Nero. Konon, Dio Cassius seorang sejarawan menyebutkan, seratus hari menjelang pembukaan Colosseum, ada sedikitnya 9000 hewan buas terbunuh di sini. Bayangkan…darah membanjir di mana-mana. Petugas keamanan pun menutupinya dengan pasir. 
Kengerian yang tercipta jika memasuki wilayah ini malam-malam, memang beralasan. Pertunjukkan yang diharapkan bisa menghibur banyak orang, ternyata tidak lebih dari ajang pembantaian. Bayangkan. Acara yang digelar di sana, pertarungan hidup dan mati, antara manusia dengan binatang, binatang dengan binatang serta para gladiator.
Beberapa ratus tahun lamanya, darah tertumpah di sini.  Ironisnya, jenasah manusia dan hewan pun ditumpuk begitu saja di ruang bawah tanah, tanpa upacara pemakaman yang layak. Nggak heran, bila turis yang berkunjung kadang suka melihat sosok laki-laki berpakaian Romawi kuno…itulah pakaian khas gladiator…Roh mereka yang penasaran suka menampakkan diri di depan turis atau penjaga bangunan, lantas menghilang begitu saja di tengah kegelapan malam. Hiiii…
Banyak  Jebakan
            Oh ya, buat keamanan, bangunan ini memiliki terowongan yang menghubungkan dua ruang di bawah tanah. Gunanya buat tempat tahanan, gladiator atau binatang buas yang akan berlaga. Beberapa pintu dan jalan penuh jebakan juga dibuat, agar mereka tidak bisa melarikan diri. Sebaliknya juga tidak ada binatang buas yang belum disiapkan buat pertandingan, masuk.
Sebagian masyarakat, bisa menikmati tontonan mengerikan ini, hingga tahun 217, karena bangunan rusak disambar petir. Pertarungan antar gladiator kembali digelar tahun 238, namun akhirnya dihentikan, lantas dialihfungsikan sebagai tempat penyimpanan berbagai jenis hewan. Sayang sekali, tahun 442 dan 508, gempa dahsyat menyebatkan bangunan rusak parah. Bahkan menyusul gempa berikutnya, tahun 847 dan 1349, sampai akhirnya Colosseum digunakan hanya sebagai benteng. Batu marmer yang digunakan buat melapisi bagian dalam gedung, banyak diambil buat konstruksi bangunan St. Peter’s Basilica, sebuah gereja di Roma.
Malang benar, Colosseum yang makin tidak terawat. Untung, Paus Benediktus XIV menghentikan aksi orang-orang yang mengambil marmer di sini. Ketika demonstran di Italia minta hukuman mati dihapuskan, mereka menggunakan tempat di depan bangunan ini. Sebagai simbol protes mereka menentang kapitalis, warna cat Colosseum yang semula putih menjadi emas. Lilin dan lampu neon pun digunakan sebagai alat penerangan, sehingga bangunan makin cantik dan megah.
Perbedaan Kasta
            Nggak jauh berbeda dengan kita nonton di sebuah gedung pertunjukkan. Pasti ada kelas VVIP, VIP, tribune atau festival. Bila posisi duduk kita ditentukan dengan harga tiket, beda dengan di Colosseum ketika masih digunakan buat pertandingan antara hidup dan mati. Tempat duduk penonton, ditentukan berdasarkan strata sosial orang  tersebut.
Bangunan setinggi 48 m dengan panjang 188 m, lebar 156 m dan luas 2,5 ha itu memiliki podium utama di bagian utara dan selatan, khusus buat Kaisar beserta keluarganya. Sebuah podium khusus digunakan buat senator. Uniknya mereka boleh membawa kursi sendiri. Batu-batu tempat mereka duduk ditandai dengan ukiran nama mereka masing-masing.
            Bagian yang punya sebutan maenianum primum digunakan buat bangsawan Roma. Lantas di level berikutnya, maenianum secundum yang dibagi tiga tingkatan. Khusus untuk orang kaya, rakyat jelata dan terakhir buat para wanita rendahan yang hanya bisa menonton sambil berdiri.
            Kini, bila ingin membuktikan kemegahan bangunan ini, kita bisa traveling ke Colosseum. Tapi hati-hati ya…jangan mencoba-coba berjalan sendiri, ketika hari sudah larut malam. Karena bila anda tidak bisa menemukan jalan pulang atau bertemu dengan “tamu” tak diundang, wah…tak ada yang bisa menolong. Pantas! Bangunan yang masuk dalam tujuh keajaiban dunia ini juga masuk 10 besar tempat paling berhantu di dunia. Bbbr…(steph)