Indeks Artikel

Kisah Pemburuan Lost City of The Monkey God

Sabtu, Mei 07, 2016 12:23 WIB

Pada awal tahun 2016 ini, Presiden Honduras, Juan Orlando Hernandez telah memberikan lampu hijau untuk program pemburuan harta misterius Lost City of The Monkey God di hutan hujan yang ada di negara tersebut kepada Colorado State University dan National Geographic Society. Masyarakat lokal menyebut kota kuno tersebut La Ciudad Blanca. Sementara dunia internasional menyebutnya White City of Gold. Diduga kota hilang ini menyimpan harta yang tak terhitung yang dapat bernilai miliaran dollars.
Berbeda dengan peradaban Maya yang masih menyisakan peninggalan masa kejayaannya, peninggalan Lost City of The Monkey God dapat dikatakan lenyap dan bahkan hampir tidak dikenal. Para arkeolog juga kebingunan untuk mengetahui nama asli kota ini. Padahal kedua kota tersebut dapat dikatakan memiliki lokasi yang bertetanggaan. La Mosquitia merupakan lokasi yang diperkirakan menjadi tempat kota yang hilang ini pernah berjaya. Lokasinya merupakan hutan hujan yang luas penuh lebat akan pepohonan, rawa, sungai, gunung yang sebagian memang belum pernah dijamah kegiatan penelitian ilmiah.
Sejak tahun 1920-an, beberapa ekspedisi untuk mencari kota hilang ini telah dilakukan. Diantara para pemburu harta tersebut, petualang eksentrik yang bernama Theodore Morde adalah yang paling terkenal. Pada tahun 1940, ia memimpin ekspedisi pencarian kota hilang ini di bawah naungan  Museum Indian Amerika yang sekarang menjadi bagian dari Smithsonian Institution. Ketika pulang dari La Mosquitia, Morde membawa banyak artefak dan mengaku telah memasuki kota yang hilang tersebut. Menurutnya peradaban di kota tersebut dipenuhi dengan patung dan artefak Dewa Monyet. Ia menolak untuk membocorkan lokasi kota yang hilang ini karena takut situs tersebut akan dijarah. Kemudian dia bunuh diri tanpa membocorkan rahasia lokasi kota tersebut.
Selama seratus tahu ini, penjelajah dan pemburu harta telah hilir mudik keluar hutan di La Mosquitia. Menurut cerita rakyat di kalangan masyarakat lokal, kota yang hilang tersebut merupakan “rumah putih” atau “tempat kakao” dimana suku Indian berlindung dari pengejaran tentara Spanyol. Cerita mistis lainnya menyebutkan bahwa tempat tersebut seperti Eden atau surga yang pernah kembali, tetapi kini sudah tidak ada lagi.
Pada Juli 2012 untuk pertama kalinya reruntuhan kota ini diidentifikasi melalui survei udara di lembah terpencil di La Mosquitia. Lokasi yang diidentifikasi adalah sebuah lembah berbentuk  kawah dikelilingi oleh pegunungan yang curam. Ketika gambar diproses, para peneliti menemukan struktur  yang tidak alami di kawasan lebih dari satu mil yang ada di lembah.  Melalui gambar ditemukan bahwa medan sepanjang sungai hampir seluruhnya telah dibentuk atau dibangun kembali oleh tangan manusia.

Melalui citra gambar tersebut dapat dilihat terdapat bukti arsitektur ruang publik dan ruang upacara, gundukan rumah, saluran irigasi atau mungkin waduk. Dapat disimpulkan bahwa tempat tersebut merupakan sebuah kota pra-columbus. Setelah para peneliti mendatangi lokasi ini, ditemukan sebuah objek atau dapat dikatakan artefak yang berada di permukaan tanah. Objek ini berbentuk kepala monyet yang diyakini sebagai jaguar (istilah dewa bangsa Mesoamerika) yang diperkirakan dibuat antara tahun 1000 M – 1400 M. Penemuan ini akhirnya menjadi semcam semangat baru untuk kembali melakukan ekspedisi kota yang hilang ini.