Indeks Artikel

Menyingkap Keberadaan ‘Surga Dunia’ di Hotel Alexis Lantai Tujuh

Rabu, April 26, 2017 00:11 WIB
Bisnis prostitusi di tempat ini, antara ada dan tiada.

Selain peredaran narkoba, praktik prostitusi di negeri ini memang sudah sangat kronis. Meski kegiatan tersebut sudah banyak dilarang maupun ditentang oleh sebagian masyarakat di banyak tempat, tetap saja banyak individu yang berasal dari berbagai suku maupun agama yang hobi menjalaninya.


Di Indonesia sendiri ada satu tempat yang, konon, kisah prostitusinya bak legenda urban. Dikatakan demikian, lantaran sedikit sekali bukti dokumentasi mengenai adanya kegiatan jual beli selangkangan di tempat tersebut. Hotel Alexis namanya. Lebih tepatnya, santer beredar bahwa bisnis haram tersebut berlangsung di lantai tujuh.

Sedikit informasi mengenai hotel Alexis

Berbeda dengan hotel lain di wilayah Ibu Kota, para pengunjung dan tamu yang pernah datang atau menginap di tempat ini mengatakan bahwa hotel Alexis tak baik untuk dijadikan tempat relaksasi bersama keluarga, khususnya jika membawa anak-anak.

Bukan hanya karena adanya “mitos” prostitusi di lantai tujuh bangunan ini, namun hotel Alexis memang ditujukan bagi para pria berkantong tebal yang ingin mencari hiburan malam. Meski harganya sama sekali tak murah, namun mereka rela merogoh kocek dalam-dalam lantaran standar hiburannya diakui merupakan kelas satu.
Terdapat sebuah bar tempat para pria melampiaskan dahaga sekaligus cuci mata bernama 4Play Club. Di tempat ini pula kerap diadakan pertunjukkan musik elektronik yang umumnya dipimpin langsung oleh DJ wanita. Selain itu, ada juga tempat karaoke, panti pijat hingga sauna dengan embel-embel “plus-plus” yang siap memanjakan para pria hidung belang yang penat dengan urusan pekerjaan.

Mulai ramai dibicarakan setelah diekspos blak-blakan oleh Ahok

Kabar ini mulai menggemparkan publik sekitar setahun silam, kala gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaya Purnama secara terang-terangan mengatakan bahwa praktik prostitusi di hotel itu memang benar adanya.

Di hotel-hotel itu ada enggak prostitusi? Ada, prostitusi artis di mana? Di hotel. Di Alexis lantai tujuhnya surga dunia loh (prostitusi). Di Alexis itu bukan surga di telapak kaki ibu loh, tapi lantai tujuh.” Ujar Ahok di Balai Kota.
Meski ia mengetahui bahwa prostitusi marak terjadi di lantai tujuh hotel tersebut, namun Ahok mengaku tak bisa seenaknya menggusur termpat tersebut. Penyebabnya adalah karena sedikit atau nyaris nihil bukti yang menunjukkan bahwa wisata lendir di Alexis benar-benar eksis.

Penjagaan super ketat sejak masuk parkiran

Pemprov DKI juga bukan tanpa inisiatif untuk menertibkan tempat prostitusi ini. Ahok bahkan pernah mengutus anak buahnya untuk memverifikasi kebenaran adanya praktik tersebut. Hasilnya, mereka pulang dengan tangan hampa. Wajar saja, bahkan sejak memasuki lahan parkir, penjagaan terhadap pengunjung langsung diperketat. Jika ketahuan pihak pemprov yang datang, mereka akan sigap menyembunyikan semua bukti dan aktivitas terlarang tersebut.

Sedangkan, bagi tamu “non-pemprov”, mereka akan langsung dihampiri oleh petugas yang menanyakan fasilitas apa yang mereka inginkan di hotel ini. Jika tamu hanya menginginkan hiburan “umum” mereka hanya akan diarahkan ke lantai satu. Sedangkan, jika hiburan tingkat dewa atau surga dunia yang mereka cari, para petugas akan langsung mengantar mereka ke sebuah elevator yang telah disediakan yang akan membawa mereka langsung ke tempat impian mereka.
Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI, Catur Laswanto, bahkan sempat terkecoh. Pada kunjungan pertama ia sendiri mengatakan bahwa prostitusi di lantai tujuh hanya isapan jempol belaka. Namun, begitu Ahok memarahinya dan menyuruh ia datang kembali ke tempat tersebut, dengan trik khusus, ia pun mengakui bahwa Alexis ternyata merupakan sarang prostitusi di Indonesia.

Apa yang ditawarkan oleh surga dunia lantai tujuh Alexis?

Seperti yang telah diuraikan di atas, tak banyak informasi yang menunjukkan bahwa praktik jual beli selangkangan marak terjadi di lantai tujuh hotel ini. Hanya saja, lewat hasil penelusuran singkat kami di beberapa media dan forum online dapat disimpulkan bahwa bisnis prostitusi kelas konglomerat di hotel ini adalah benar adanya.

Jika tamu yang baru saja masuk ke pelataran parkir mengatakan kepada petugas bahwa mereka ingin mencari hiburan khusus di lantai tujuh, mereka akan diantar lewat elevator khusus yang langsung terhubung ke lantai tersebut. Begitu sampai di lantai surgawi yang dimau, pengunjung atau tamu akan diminta untuk menitipkan ponsel, kamera, atau segala alat dan perangkat yang dianggap dapat merekam kegiatan di sana.
Di lantai tersebut, tamu akan langsung masuk ke sebuah ruangan yang menghampar luas di mana banyak wanita yang berasal dari berbagai negara, duduk manis dan menggoda di beberapa sofa yang disediakan. Beberapa yang paling terkenal adalah yang berasal dari Cina, Thailand, dan Uzbekistan. Keterbatasan bahasa membuat mereka lebih memilih untuk duduk secara berkelompok dengan rekan satu negara mereka.
Tarifnya sendiri bermacam-macam, namun rata-rata di atas satu juta per malam. PSK paling mahal adalah yang dari Uzbekistan. Begitu selesai memilih wanita yang diinginkan, tamu akan diminta untuk menyelesaikan transaksi dan kemudian dipersilakan untuk pergi ke fasilitas utama.
Mereka biasanya memilih kolam air hangat dan panti pijat sembari berbasa-basi dan sedikit mengenal si wanita yang menemani mereka. Jika sudah puas dengan “foreplay,” barulah mereka mengajak wanita tersebut untuk masuk ke kamar hotel yang telah disediakan. Cerita putus di sini, karena setelah itu, tak ada yang tahu aktivitas apa saja yang dilakukan para tamu di hotel itu.
Begitulah sedikit kisah mengenai legenda urban praktik jual beli selangkangan di lantai tujuh hotel Alexis. Tentu bukan hal yang mudah membereskan tempat prostitusi yang menjadi sarang hiburan orang-orang berduit. Semoga saja calon gubernur terpilih, Anies Baswedan, dapat menuntaskan janji kampanyenya untuk menutup hotel tersebut. Entah bagaimana caranya. Domino QQ