Indeks Artikel

10 Avatar Dewa Wisnu di Dunia, Bag II: Kurma dan Vahara

Kamis, September 17, 2015 10:42 WIB

 Kurma

Dalam agama Hindu, Kurma yang dalam bahasa Sansekerta: berarti "Kura-kura" adalah avatar kedua Dewa Wisnu. Kurma adalah kura-kura raksasa yang menyelamatkan bumi dari kehancuran. Oleh karena ukurannya yang sangat besar menjadi peletak  dasar bagi mitos Gunung Mandara, yang digunakan oleh para dewa (dan setan) sebagai tongkat untuk mengaduk lautan susu primordial untuk memperoleh nektar agar dapat hidup abadi.
Kisah Avatar Kurma, ditemukan dalam kisah Kurma Purana. Kemunculan Kurma berawal dari kelalaian Dewa Indra. Dikatakan bahwa Durwasa (seorang yang bijak) memberikan karangan bunga kepada Indra. Oleh Indra karangan bunga tersebut dikarungkan pada gajahnya Airavata. Tanpa diduga gajah tersebut melemparkan karangan bungannya ke tanah dan menginjaknya. Menyaksikan hal tersebut Durwasa menjadi marah. Ia mengangap bahwa Dewa Indra menghina hadiahnya. Pendek cerita, Duwasa mengutuk Dewa Indra dan semua dewa lainnya (dewa kebajikan) sehingga mereka semua kehilangan kekuatan. Mengetahui kekuatan para dewa melemah, maka Asura  (sekelompok dewa jahat dalam jajaran agama Hindhu) berusaha menaklukan mereka. Perang epik ini disebut Devasura yang berlangsung lama. Meskipun para dewa telah berjuang dengan gagah berani, mereka tidak dapat menang dari Asura. Bahkan para dewa ini pergi untuk menemui Dewa Brahma dan Dewa Siwa agar bersedia membantu, tetapi mereka menolak permintaan ini.
Sebagai usaha terakhir, para dewa pergi ke Dewa Wisnu. Ia menyarankan agar para dewa menuangkan ramuan ke dalam lautan susu, dan menggunakan Gunung Mandara sebagai tongkat untuk mengaduknya sehingga mereka bisa mendapatkan ramuan keabadian. Namun, para dewa tidak bisa mencabut gunung. Dengan demikian, Wisnu menyarankan mereka untuk membuat perjanjian dengan para Asura, sehingga kedua belah pihak akan berbagi nektar yang dihasilkan.
Para dewa dan asura akhirnya membuat perjanjian mereka untuk bersama-sama mengaduk lautan susu. Bersama-sama mereka menjebol Gunung Mandara yang digunakan sebagai tongkat pengaduk dan menggunakan ular Vasuki sebagai tali untuk mengaduk  dengan menarik ke satu sisi dan kemudian yang lain. Dewa Wisnu menginstruksikan para dewa untuk memegang kepala ular sementara Asura diperintahkan untuk memegang ujung ekor. Tetapi Asura bersikeras bahwa mereka harus mengendalikan ujung kepala. Dewa Wisnu menyetujuinya (sebenarnya ini merupakan trik Dewa Wisnu). Ketika proses pengadukan, ular mengeluarkan nafas beracun dari mulutnya yang menghancurkan Asura.

Selama berputar, Gunung Mandara mulai tenggelam. Agar gunung tersebut tidak tenggelam, maka Wisnu berubah dalam wujud kura-kura raksasa yang bernama Kurma dan menopang gunung itu. Setelah proses pengadukan selesai dari dalam laut mucul pohon Parijata (pohon pengabul keinginan), Gajah Airavata, racun Halahala (diminum oleh Siwa), Kamadhenu (sapi pertama di bumi), Varuni (dewi anggur), Bidadari, kuda Uchchaisravas, Dewi Lakshmi (yang kemudian menjadi istri Dewa Wisnu), dan Dhanwantari yang membawa kendi yang berisi nektar keabadian. Ketika Asura ingin mengambir nektar tersebut, Dewa Wisnu berubah menjadi Wanita Cantik yang bernama Mohini. Para Asura percaya dengan rayuan Mohini dan menyerahkan nektar keabadian kepadanya. Dengan demikian, kekuatan keabadian tetap di tangan para dewa karena tidak ada sedikitpun tersisa untuk Asura.


Varaha

Berawal dari seorang iblis bernama Hiranyaksha menyeret bumi ke dasar laut, maka Wisnu dalam wujud babi hutan datang untuk menyelamatkan. Avatar Wisnu ini disebut Varaha. Ia berjuang selama seribu tahun. Kemudian Varaha membunuh setan dan mengangkat bumi keluar dari air dengan taring nya. Mitos ini mencerminkan legenda penciptaan bumi oleh Prajapati (Brahma), yang diasumsikan dalam bentuk babi hutan untuk mengangkat bumi keluar dari air purba. Waraha Awatara dilukiskan sebagai babi hutan yang membawa planet bumi dengan kedua taringnya dan meletakkannya di atas hidung, di depan mata. 

Sumber: