Indeks Artikel

Kebudayaan Suku Bugis

Rabu, September 16, 2015 13:17 WIB
Suku Dunia ~ Suku Bugis terkenal dengan suku perantau yang tersebar ke beberapa wilayah di Indonesia. Suku Bugis atau to 'Ugi merupakan suku asli di tanah Sulawesi khususnya di Sulawesi Selatan. Suku Bugis adalah suku yang sangat menjunjung tinggi harga diri dan martabat. Suku ini sangat menghindari tindakan-tindakan yang mengakibatkan turunnya harga diri atau martabat seseorang. Jika seorang anggota keluarga melakukan tindakan yang membuat malu keluarga, maka ia akan diusir atau dibunuh. Namun, adat ini sudah luntur di zaman sekarang ini. Tidak ada lagi keluarga yang tega membunuh anggota keluarganya hanya karena tidak ingin menanggung malu dan tentunya melanggar hukum. Sedangkan adat malu masih dijunjung oleh masyarakat Bugis kebanyakan. Walaupun tidak seketat dulu, tapi setidaknya masih diingat dan dipatuhi.

Adat Suku Bugis


Upacara perkawinan dalam suku Bugis disebut Mappabotting sementara itu istilah perkawinan dalam suku bugis disebut siala yang mempunyai arti saling mengambil satu sama lain. Perkawinan adalah ikatan timbal balik antara dua manusia berlainan jenis kelamin untuk menjalin sebuah hubungan kekeluargaan. Istilah perkawinan dalam suku Bugis juga bisa disebut mabinne berarti menanam benih, maksudnya menanam benih dalam kehidupan rumah tangga.

Rumah Adat Suku Bugis


Rumah bugis memiliki keunikan tersendiri, dibandingkan dengan rumah panggung dari suku yang lain (Sumatera dan Kalimantan). Bentuknya biasanya memanjang ke belakang, dengan tambahan disamping bangunan utama dan bagian depan (orang bugis menyebutnya lego-lego). Tiang utama (alliri). Biasanya terdiri dari 4 batang setiap barisnya. Jumlahnya tergantung jumlah ruangan yang akan dibuat. Tetapi pada umumnya, terdiri dari 3/4 baris alliri. Jadi totalnya ada 12 batang alliri. Fadongko’, yaitu bagian yang bertugas sebagai penyambung dari alliri di setiap barisnya. Fattoppo, yaitu bagian yang bertugas sebagai pengait paling atas dari alliri paling tengah tiap barisnya. Mengapa orang bugis suka dengan arsitektur rumah yang memiliki kolong ? Konon, orang bugis, jauh sebelum Islam masuk ke tanah bugis (tana ugi’), orang bugis memiliki kepercayaan bahwa alam semesta ini terdiri atas 3 bagian, bagian atas (botting langi), bagian tengah (alang tengnga) dan bagian bawah (paratiwi). Mungkin itulah yang mengilhami orang bugis (terutama yang tinggal di kampong).

Pakaian Adat Suku Bugis


Baju Bodo adalah pakaian adat suku Bugis dan diperkirakan sebagai salah satu busana tertua di dunia. Perkiraan itu didukung oleh sejarah kain Muslim yang menjadi bahan dasar baju bodo. Jenis kain yang dikenal dengan sebutan kain Muslin (Eropa), Maisolos (Yunani Kuno), Masalia (India Timur), atau Ruhm (Arab) pertama kali diperdagangkan di kota Dhaka, Bangladesh. Hal ini merujuk pada catatan seorang pedagang Arab bernama Sulaiman pada abad ke-19. Sementara pada tahun 1298, dalam buku yang berjudul “The Travel of Marco Polo”, Marco Polo menggambarkan kalau kain Muslim dibuat di Mosul (Irak) dan diperdagangkan oleh pedagang yang disebut Musolini.

Namun kain yang ditenun dari pilinan kapas yang dijalin dengan benang katun ini sudah lebih dahulu dikenal oleh masyarakat Sulawesi Selatan, yakni pada pertengahan abad ke-9, jauh sebelum masyarakat Eropa yang baru mengenalnya pada abad ke-17, dan populer di Perancis pada abad ke-18. Kain Muslim memiliki rongga-rongga dan jarak benang-benangnya yang renggang membuatnya terlihat transparan dan cocok dipakai di daerah tropis dan daerah-daerah yang beriklim panas.

Sesuai dengan namanya “bodo” yang berarti pendek, baju ini memang berlengan pendek. Dahulu Baju Bodo dipakai tanpa baju dalaman sehingga memperlihatkan payudara dan lekuk-lekuk dada pemakainya, dan dipadukan dengan sehelai sarung yang menutupi bagian pinggang ke bawah badan. Namun seiring dengan masuknya pengaruh Islam di daerah ini, baju yang tadinya memperlihatkan aurat pun mengalami perubahan. Busana transparan ini kemudian dipasangkan dengan baju dalaman berwarna sama, namun lebih terang. Sedangkan busana bagian bawahnya berupa sarung sutera berwarna senada.

Kesenian Suku Bugis


Kesenian dari suku Bugis yang terkenal adalah Tari Paduppa Bosara. Tari Padupa Bosara merupakan sebuah tarian yang mengambarkan bahwa orang bugis kedatangan atau dapat dikatakan sebagai tari selamat datang dari Suku Bugis. Orang Bugis jika kedatangan tamu senantisa menghidangkan bosara sebagai tanda kehormatan.

Peninggalan Suku Bugis


Bissu adalah pendeta agama Bugis kuno pra-Islam. Bissu dalam kebudayaan Bugis adalah manusia hermafrodit yang mana secara anatomis adalah laki-laki namun dalam berbusana merupakan kombinasi antara karakteristik laki-laki dan perempuan. Seorang bissu dapat membawa Badik (pisau khas Bugis) yang milik laki-laki, namun mengenakan bunga di kepalanya yang bermodel rambut perempuan. Dalam kebudayaan Bugis, dikenal 4 gender plus gender kelima yaitu ‘para-gender’. Selain laki-laki-pria (oroane) dan perempuan-wanita (makunrai) dikenal pula calalai, secara biologis perempuan namun berperan dan berfungsi sebagai laki-laki. Lalu ada calabai, secara biologis laki-laki namun berperan dan berfungsi sebagai perempuan. Gender kelima yaitu bissu, yang telah dijelaskan sebelumnya.

Makanan Khas Suku Bugis


Salah satu makanan khas dari suku Bugis ialah Buras atau biasa disebut juga burasa. Buras sebenarnya tidak jauh berbeda juga dengan olahan berbahan dasar beras lainnya, seperti halnya Ketupat. Apa lagi, Ketupat sudah menjadi tradisi juga yang harus disajikan saat hajatan khusus keluarga dan hari-hari besar keagamaan tiba. Bahkan, memakan Ketupat juga wajib dengan campuran kari ayam, daging, dan telur. Akan tetapi, rasa Buras yang sangat berbeda dengan Ketupat. Karena Buras dimasak khusus dengan campuran santan. Makanya saat Buras dicicipi berasa gurih dan aromanya yang begitu khas. Buras sendiri, oleh sejumlah orang-orang Suku Bugis memakannya dengan beberapa campuran makanan lainnya. Seperti kari ayam, daging, dan telur. Tiga campuran makanan ini harus wajib disediakan menemani Buras saat hajatan keluarga digelar.

Referensi Saya :
  • http://www.artikelbagus.com/2012/03/bissu-peninggalan-bugis-kuno.html#ixzz3lsY1OHMM
  • http://daradaeng.com/kesenian-dan-khas-budaya-sulawesi-selatan.html#ixzz3lsWVgSKw
  • http://www.indonesiakaya.com/kanal/detail/baju-bodo