Suku Dunia ~ Mare adalah satu komunitas yang merupakan penduduk asli pulau Mare. Pulau Mare termasuk Kecamatan Tidore, Kabupaten Halmahera Tengah, Provinsi Maluku Utara. Nama pulau ini berasal dari kata "mari" yang berarti "batu". Pulau yang luasnya sekitar 200 ha itu alamnya berbatu-batu, baik di daratan maupun di sekitar pantainya. Tanahnya tidak subur, sebagian besar ditumbuhi alang-alang dan hidup banyak rusa.
Orang Mare yang dianggap penduduk asli pulau itu, dahulunya berdiam di atas gunung dalam perkampungan yang disebut "fola igo". Sebagian penduduk lainnya dianggap pendatang, antara lain dari Papua, yang memang menunjukkan ciri-ciri fisik sama dengan penduduk Papua pada umumnya. Kini orang Mare berdiam dalam dua buah kampung, yaitu kampung Mare (PSMare GamPS) yang terletak di bagian timur pulau itu, dan kampung Mare Kofo di bagian barat. Pada tahun 1985 jumlah penduduk kampung Mare sebanyak 500 jiwa yang berdiam dalam 70 buah rumah. Di sana terdapat sebuah masjid dan sebuah sekolah dasar (SD). Di antara mereka ada yang sudah pergi merantau ke luar pulau itu.
Makanan pokok mereka adalah satu. Kini mata pencaharian utama mereka adalah membuat gerabah. Dalam pembuatannya ada pembagian kerja menurut jenis kelamin. Kaum pria mengerjakan pekerjaan yang relatif lebih berat, misalnya mengambil bahan tanah merah, mencari kayu untuk pembakaran, mengambil pasir, dan penjualannya. Kecuali tanah merah, bahan-bahan lainnya seperti kayu, pasir didapatkan di luar pulau Mare. Pasir diambil dari pulau Tidore, cat tanah (hale kohari) diperoleh dari pulau Ternate. Kaum wanita berperan merendam bahan, mencampur dengan pasir, membuat gerabah, menjemur, dan membakar.
Gerabah yang dihasilkan ada 15 macam jenis, misalnya alat memanaskan sagu (forno), belanga, tutup belanga, cobek, pot bunga, dan lain-lain. Hasil-hasil kerajinan ini dikirim ke luar pulau Mare, misalnya ke pulau Tidore, Moti, Makian, Ternate. Di antara gerabah itu ada yang dibeli dan diangkut oleh para juragan dengan perahu khusus yang disebut otti dong.
Perahu ini dahulunya merupakan perahu dayung atau menggunakan layar, tapi sekarang sudah menggunakan mesin tempel. Dalam rangka pemberangkatan gerabah itu biasanya ada upacara dengan doa tertentu dengan harapan perahu itu akan selamat di perjalanan. Dalam upacara ini biasanya hadir kepala desa, Imam, dan orang yang telah menjual gerabah kepada juragan tadi. Upacara ini cukup ramai mirip seperti pesta perkawinan.
Sumber : Ensiklopedi Suku Bangsa Di Indonesia oleh M. Junus Melalatoa